BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan
secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan
baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1).
Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan
urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan
pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar
tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan
efektif.
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan
bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan
dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu
banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk
Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non
formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim,
Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan
yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang
sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang
pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit
dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh
kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya,
sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak
terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini penulis mengambil
beberapa Rumusan Masalah yang akan kami bahas, diantaranya :
1.
Fungsi
Manajemen
2.
Fungsi
Manajemen Pendidikan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. FUNGSI MANAJEMEN
Berbicara tentang manajemen, dalam rangka mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien, manajemen harus difungsikan sepenuhnya
pada setiap organisasi, baik organisasi, industry, perbankan, maupun
pendidikan, tidaklah terlepas dari fungsi manajemen secara umum, Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan yang efektif dan
efisien.
Para tokoh manajemen berbeda pendapat dalam
menentukan fungsi-fungsi manajemen, selain itu istilah yang digunakan juga
berbeda-beda. Perbedaan tersebut kiranya disebabkan oleh latar belakang
kehidupan, kondisi lembaga atau organisasi dimana para tokoh bekerja, filsafat
hidup dan pesatnya dinamika kehidupan yang mengiringnya, seperti cepatnya
kemajuan informasi, teknologi, dan media.
Berikut ini akan dikemukakan perbedaan-perbedaan
fungsi-fungsi manajemen dari para ahli manajemen yaitu:
1. Henry
Fayol : Planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), commanding
(pemberian perintah), Controling (pengendalian).
2.
L.
Gulick : Perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan kerja,
pengarahan, pengkoordinasian, penyusunan
laporan
pengendalian.
3.
G.R.
Terry : Perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan/penggerak
pengendalian.
4.
Ernest Dale : Perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan kerja,
pengarahan, inovasi, penyajian laporan,
pengendalian.
5.
Koonts dan
O’Donnel : Perencanaan, pengorganisasian, penyusunan pekerja,
pengarahan, pengendalian.
6.
Oey Liang
Lee : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, pengendalian.
7.
William
Newman : Perencanaan,
pengorganisasian, perakitan sumber-sumber, pengarahan, pengendalian.
8.
James
Stoner : Perencanan, pengorganisasian, memimpin,
pengendalian.
9.
Louis A.
Allen : Perencanaan, penyusunan kerja, memimpin,
Pengendalian.
10. S. P.
Siagian : Perencanaan, pengorganisasian, motivasi,
pengendalian.
11.
Willim
Sriegel
: Perencanaan, pengorganisasian, pengendalian.
12. Lyndal
Urwick : Forecasting, perencanaan, pengorganisasian,
pemberian
perintah,
pengkoordinasian, pengendalian.
13.
Winasdi : Perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian,
Pengkoordinasian, memimpin, pengendalian.
Dari fungsi-fungsi manajemen yang dirumuskan
oleh para tokoh manajemen tersebut diatas terdapat persamaan dan perbedaannya.
Persamaan fungsi manajemen terlihat pada beberapa fungsi, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian. Sedangkan perbedaannya terletak pada
pilihan kata atau istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu fungsi
manajemen. Istilah yang digunakan untuk menyebutkan pelaksanaan (actuating)
bervariasi yaitu: pemberian perintah, pengkoordinasian, penyusunan kerja,
pengarahan, penyusunan laporan, pelaksanaan, inovasi, perakitan sumber-sumber,
memimpin.
Ada juga pendapat yang
mengemukakan berbagai fungsi manajemen. Pendapat dari Robbin dan Coulter yang
mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah
merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan tidak berbeda
jauh dengan pendapat tersebut Mahdi Bin Ibrahim juga mengemukakan pendapatnya
bahwa fungsi manajemen antara lain, Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan.
Dalam buku lain juga menyebutkan fungsi-fungsi manajemen
diantaranya yaitu, perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penataan staff (staffing), memimpin (leading), memberikan
motivasi (motivating), memberikan pengarahan (actuating),
memfasilatasi (fasilitating), memberdayakan staff (empowering),
dan pengawasan (controlling).
2.2. FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM
Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen
pendidikan Islam, maka kami akan menguraikan fungsi manajemen pendidikan Islam
sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya
senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak
melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar
tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya
dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang
benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam.
Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan
dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi
keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap
orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan
dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18
yang berbunyi :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسُُ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam
tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh
lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah
perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat,
sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.
Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima
perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu
:
- Ketelitian
dan kejelasan dalam membentuk tujuan
- Ketepatan
waktu dengan tujuan yang hendak dicapai
- Keterkaitan
antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab
operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang
hendak dicapai
- Perhatian
terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat,
mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang
bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya,
kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan
melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.
- Kemampuan
organisatoris penanggung jaawab operasional.
Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa
dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
- Penentuan
prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas
kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses
pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.
- Penetapan
tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan
dan hasil pendidikan
- Formulasi
prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
- Penyerahan
tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
Manajeman Pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan
aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah
akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah
perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan.
2. Fungsi
Pengorganisasian (organizing)
Ajaran
Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu
secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak
terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan
yang tersusun rapi.
Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan
dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang
dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
sukses.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah,
melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara
rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah
organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan (Didin dan Hendri, 2003:101)
Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa
pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur,
aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara
transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang bersifat
individual, kelompok, maupun kelembagaan.
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan
prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan,
dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten
dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi
para manajer pendidikan Islam.
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian
merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu
berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan
tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif.
Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus
dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan,
tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok
tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.
3.
Fungsi Pengarahan (directing).
Pengarahan
adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai
yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu
pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan.
Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah,
larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang diinginkan
dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan
pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode
pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang
diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik
maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut,
yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi
pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya
tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu
terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik
oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan
dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari
prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau
melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai
keikhlasan yang sangat mendalam.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan
kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156)
menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan
yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai
proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan
secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.
Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan
Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan
spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan
metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik
tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah
disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas
yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih
mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh
nilai-nilai keislaman.
BAB
III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian di atas maka kami dapat
menyimpulkan bahwa di antaranya adalah sebagai berikut:
J fungsi-fungsi manajemen yaitu,
a. perencanaan (planning)
b. pengorganisasian (organizing)
c. penataan staff (staffing)
d. memimpin (leading)
e. memberikan motivasi (motivating)
f. memberikan pengarahan (actuating)
g. memfasilatasi (fasilitating)
h. memberdayakan staff (empowering),
dan
i. pengawasan (controlling).
J Manajemen Pendidikan Islam adalah
proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga
pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan
tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien,
dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun
di akhirat.Banyak sekali para ulama di bidang manajemen yang menyebutkan
tentang fungsi-fungsi manajemen diantaranya adalah Mahdi bin Ibrahim, dia
mengatakan bahwa fungsi manajemen itu di antaranya adalah Fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.Bila Para Manajer dalam pendidikan
Islam telah bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen
di atas, terhindar dari semua ungkupan sumir yang menyatakan bahwa lembaga
pendidikan Islam dikelola dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang
tepat. Maka tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan
Zaman, tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang
sesuai.
BAHAN BACAAN
1. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
Kalam Mulia, Jakarta, 2008
2. Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam
Manajemen, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1997
3. George R Terry, Prinsip-prinsip
Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2006
4. Robbin dan Coulter, Manajemen
(edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007